#ResensiOktober2020

Judul Buku: Isac Newton; Inspirasi dan Pencerahan untuk Hidup Lebih Bermakna
Penulis: Sahrul Mauludi
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: Jakarta, 2017
Peresensi: Fitri Andriani

Buku ini bukan menjelaskan tentang apa itu hukum Newton. Buku inspirasi yang menggambarkan bagaimana kehidupan Newton; dia perpikir dan berkarya, serta bagaimana pengaruh dia di dalam dunia sains.

Siapa sih Isaac Newton? Seorang anak petani biasa yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan keinginan kuat untuk memahami dunia alam semesta. Ia cerdas dan tekun bekerja hingga meraih mimpinya.

Ia memecahkan teka-teki filosofi klasik mengenai cahaya dan gerak, dan secara efektif menemukan hukum gravitasi. Ia menunjukkan bagaimana memprediski lintasan benda-benda langit serta menetapkan kedudukan kuta dalam kosmos ini. Ia membuat pengetahuan sesuatu yang menjelaskan substansi: bersifat kuantitatif dan eksak. Prisip-prinsipnya ditetapkaan dan dikenal sebagai Hukum Newton.

Eropa di masa Abad Pertengahan masih diliputi dengan kepercayaan gaib, takhayul, sihir, dan berbagai mitos irasional. Masyarakatnya juga buta huruf. Memasuki abad 17 dan 18 perubahan signifikan terjadi. Perkembangan seni dan literatur berkembang pesat. Dengan penuh semangat Eropa memasuki gerbang zaman Renaisans (kebangkitan) dan terus bergerak ke zaman pencerahan.

Isaac Newton ada di antara ilmuan hebat di masa tersebut. Berawal dari dia kecil yang sebelum lahir, ayahnya meninggal dunia. Lalu ketika lahir,e usia 3 tahun, ibunya menikah lg dan meninggalkan Newton diasuh neneknya. Newton menjadi anak yang tertutup. Dia lebih suka mengamati sesuatu, meneliti di kamar. Ketika usianya 8 tahun, ibunya kembali pulang dengan membawa 3 adik tirinya yang masih kecil-kecil.

Karena luar biasa cerdas, ibu Newton menyekolahkannya ke sekolah yang bagus. Jarak sekolah dari rumah bermil-mil jauhnya, jadi dia tinggal bersama ilmuan farmasi tidak jauh dari sekolahnya. Di sekolah, Newton menjadi “Top Boy”. Sayang, di usia 15 tahun, ibunya menyuruh pulang untuk membantu kerja di ladang. Hanya saja, ketertarikan Newton kepada ilmu pengetahuan membuatnya lebih suka membaca buku dan membuat karya-karyanya daripada memperhatikan hewan gembalaannya. Akhirnya hewan yang dia gembalakan malah berkeliaran dan memakan tanaman milik warga.
Karena tidak banyak membantu pekerjaandi ladang, Newton bisa kembali sekolah dan menyelesaikan sekolahnya dengan gemilang. Usia 19 tahun, dia lulus dan siap meneruskan kuliahnya.

Di Usia 26 tahun, dia sudah menyandang gelar profesor termuda dan mengajar sebagai dosen. Hanya saja, para ilmuan masa itu, mengajar dengan mahasiswa yang sedikit, bahkan tidak ada mahasiswa yang masuk kelas. Tapi, di luar kelas, usaha Newton meneliti dan menghasilkan karya tidak pernah berhenti. Dia banyak berkontribusi bagi perkembangan sains dan kemanusiaan.

Apa yang menjadi langkah Newton, bisa kita contoh semangatnya. Kekurangan, ditutup dengan semangat mengembangkan kelebihan dirinya. Kita bisa, karena kita manusia pasti memiliki kelebihan. Kalau belum, mungkin hanya belum ketemu kelebihannya. Ayo semangat. Temukan potensi diri, kembangkan hingga maksimal.

 

0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share