#ResensiOktober
Judul : Dia yang Berjuang Untukmu
Penulis : Ana Yuliana
Penerbit : Rumah Imaji
Halaman : 79 Halaman
Tahun Terbit : 2020
Peresensi : Wana @EmakTricilZAM
“Mengapa repot mencari tempat bersandar bila dalam lima waktu kita selalu dapat mengadu padaNya. Tak usah resah dengan semua harap karena selalu ada Allah tempat meminta. Bukan kuasa Allah yang tak menggapai kita, tetapi terkadang kitalah yang abai dan lebih menghambakan sesama yang berkuasa”
Buku ini tipis, bayangkan ada 12 kisah dan berakhir dihalaman 75, jika dikalkulasikan artinya satu kisah hanya disajikan dalam 6 halaman atau 3 lembar.
Buku ini hadir dengan tampilan begitu sederhana, sampul dengan latar hitam, hanya teks tanpa gambar apapun. Isi didalamnya pun tidak akan ditemukan gambar, warna penarik perhatian atau borders yang artistik yang biasanya membuat lembar buku lainnya tampil ‘cantik’.
Kalimat yang mengalir dalam lembaran kisah ini adalah kalimat yang umum digunakan, tanpa diksi yang meliuk-liuk, tanpa permainan kata-kata metafor.
Begitulah penilaian fisik buku ini, jika diibaratkan seorang perempuan, maka tak menimbulkan keinginan untuk menolehkan wajah melihatnya kembali. Namun disanalah kekuatan buku ini menurut saya.
Dengan jumlah halaman terbatas, sang penulis mampu menyampaikan seluruh pesan cerita dengan baik, tidak berbelit dan setiap kisah memberi pelajarannya sendiri yang sukses membuat saya tergugu bahkan menangis saat membaca kisah “ayah”.
Tanpa warna menjadikan isi dari buku ini adalah satu-satunya penarik perhatian, seolah kisah-kisah itu berkata “cukup dengarkan diriku”
Dengan diksi sederhana dan tanpa taburan metafor, buku ini sukses menunjukkan bahwa yang terpenting dari sebuah buku adalah bagaimana agar pesan yang ingin disampaikan mampu diterima oleh sang pembaca.
Walau mungkin tidak akan ditemukan kalimat indah meliuk, tapi saya bisa merasakan bahwa buku ini ditulis dengan sepenuh hati oleh sang pemilik pena.
“Tak usah menilai, membanding hidup kita dengan yang lain. Fokus saja dengan kebahagiaan kita. Tak usah pula panik apalagi iri dengan kebahagiaan teman di media sosial karena bahagia itu apa yang kita rasa bukan apa yang kita upload”
Komentar