#resensioktober2020
Judul buku: Pernah Tenggelam
Penulis: Fuadh Naim
Tahun terbit: 2019
Penerbit: Alfatih Press
Tebal buku: 225 halaman
Peresensi: Wulan Citra Dewi
Mengambil Inspirasi Dari Korea
Jujur, aku bukanlah K-Popers ataupun Drakores. Bahkan tak tahu menahu soal itu semua. Barangkali karena keburu nikah di usia belia, jadi fokusnya udah beda. Enggak kepikiran nonton ini dan itu. Karena seringnya kehabisan waktu, full ber-uwuw ria bareng pasangan nyata. Jjjiaaaa! 😅
Membaca buku Pernah Tenggelam ini adalah bentuk ke-kepo-an diriku terhadap Korea. Wabilkhusus dengan K-Pop dan K-Dramanya. Ada apa sih dengan Korea? Sampai segitunya ciwi-ciwi muslimah mencinta… 🧐
Awalnya, ku kira buku ini akan jedar-jeder ngebongkar sisi gelap industri hiburan Korea. Secara, penulisnya kan ngaku sebagai X K-popers gitu. Jadi dalam bayanganku, nih penulis bakalan buka kartu merah soalan Korea. Lengkap dengan bahasa julid, sinis, dan sadis. Horor lah pokoknya.
Ternyata perkiraanku meleset. Sebagai X K-popers, Fuadh Naim sama sekali tidak menghakimi apalagi mengadili para pecinta Korea. Sebaliknya, dengan bahasa yang friendly banget, Bang Fuadh berusaha merangkul. Mengajak mereka untuk berpikir tanpa sedikitpun mencibir. Salut!
Banyak hal berkesan sepanjang membaca buku unyu ini. Diantaranya soal fakta keloyalan K-Popers ke fandom atau bias mereka. Uwow banget! Mereka bakal melakukan apa saja demi fandom dan bias kesayangan.
Berkesannya di mana? Kesannya ada pada pernyataan penulis, “jika K-Popers hijrah, terbayang enggak gimana loyalnya mereka ke Islam?” Glek!
Selain itu, keseriusan negara Korea dalam memfasilitasi munculnya para idol juga sangat menarik disoroti. Cukup detail penjelasannya. Dan akupun terbengong-bengong membacanya.
“Untuk perkara duniawi aja, mereka seserius ini menjabani. Lah kita yang katanya mengejar Surga, apa kabar?” Seketika diriku tertabok! 😳
Intinya, setelah membaca buku ini aku jadi tersadar. Yapz, wajar Korea mendunia. Mereka bersungguh-sungguh dan gigih banget untuk mencapai sebuah tujuan. Padahal kita tahu, tujuan mereka itu enggak keluar dari perkara dunia. Harta, tahta, dan menjadi idola. Semuanya fana. Tetapi mereka rela berjuang mati-matian untuk menggapainya.
Inilah inspirasi yang mestinya kita ambil dari Korea. Kegigihan dan kesungguhan mereka dalam berjuang. Ya, tentu saja perjuangan kita berbeda. Bukan soal hiburan yang menumpuk pundi-pundi penghasilan. Lebih mulia dari itu, kita berjuang untuk menebarkan rahmat Islam ke seluruh alam. Bukan sekadar bahagia di dunia, tetapi juga sampai ke surga. Jika begini, lebih layak diperjuangkan sampai mati-matian, kan?![]
Komentar