Profil
Satu Buku, Beragam Sudut Pandang

Visi
Turut mengembangkan literasi di Indonesia dalam aksi nyata
Misi
Terhubung dengan sesama pecinta buku lewat teknologi digital
Awal Mula
Sebenarnya, senang buku sudah sejak lama. Sekedar hobi tanpa butuh interaksi lebih. Ketika Android mulai dimanjakan dengan aplikasi WhatsApp, salah satu fenomena yang terjadi justru sesuatu yang kontraproduktif.
Dimasukin teman ke grup WA dengan berbagai macam judul yang seru-seru. “Muslimah Peradaban”, “Jakarta Bersyariah”, “Reuni Medan” dan lain-lain. Tak lupa pula, grup jualan bertebaran. Mungkin karena rakyat Indonesia masih gegar atau apa, grup-grup berbagai nama itu malah isinya sama-mirip- persis, beda nama doang. Seputar nasihat, hadist, lucu-lucuan, hoax, dan tak lupa, pelapak.
Pengennya kalo ngikutin grup itu, ya sesuai namanya ya. Waktu zaman itu juga top-topnya isu optimasi. Akhirnya saya terpikir, gimana mengoptimalkan fasilitas yang sudah ada sesuai kebutuhan.
Grup ini pun lahir 30 Maret 2015, dengan label “Baca Yuk”. Alhamdulillah belum berubah nama sampe sekarang.
Perjalanan
Saya pun merekrut orang-orang terdekat. Seingat saya, waktu itu anggotanya 30-an orang. Aturan grup belum seketat sekarang. Baru taraf edukasi bahwa “Ini grup baca dan hanya menerima postingan seputar dunia literasi.” Berjalan tiga pekan dan terjadi suasana sunyi. Serem deh pokoknya. Krik kriikk…. Saya coba review harian ala-ala saya. Luar biasa, nge-review sendirian setiap hari empot-empotan juga. Karena kayaknya pasif, saya mulai merekrut lagi. Sebenarnya sejak awal pengen buat komitmen ketat, tapi kuatir penghuni grup semakin bubar, saya memilih wait and see. Sampai ada salah satu yang menggagad (saya lupa tepatnya). Gimana kalau grup punya jadwal review seperti sekarang, lengkap dengan konsekuensinya. Ide itu berjalan dan sangat banyak jatuh korban hehehe.
Kembali merekrut, dan ketika semakin banyak, saya pun merekrut Admin tambahan. Waktu itu masih mba Maria Mareeta saja, seingat saya. Ketika ekspektasi kian runcing, mulai muncul gagasan lain. Review para member didokumentasikan dalam bentuk lain. Awal mula, muncul telegram. Saya merasa sangat terbantu dengan aplikasi ini, karena terposting rapi. Untuk pengembangan, muncul Instagram grup. Sempat ada arsip di Drive untuk buku apa saja yang sudah diresensi. Tapi sekarang sudah dihentikan, karena menurut hasil rapat kami, cukup merepotkan.
Harapan
Hemm, harapan sih banyak ya. Tapi saya tipe orang yang lebih suka hal kecil dan terukur. Sedikit tapi berlanjut. Termasuk pembatasan jumlah anggota pun, mengikuti falsafah tersebut. Lingkar terjangkau namun intim.
Harapan lainnya, semoga teman-teman yang aktif di grup atau yang mantan, menularkan nuansa positif yang ada di grup untuk beraksi di luaran, dengan/tanpa embel-embel grup. Seperti kata orang bijak, tak terasa nikmat secawan teh tanpa taburan gula, meski bubuknya tak kelihatan.
Alga Biru – Founder Baca Yuk
Di Instagram
Ikuti akun Instagram Kami untuk mendapatkan info-info terkini.
