Judul : Fahrenheit 451
Penulis : Ray Bradbury
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun : 1979
Tebal : 232 halaman
Peresensi : Diah @islamideena

Novel ini berkisah tentang petugas pemadam kebakaran bernama Guy Montag. Sebagaimana di awal novel digambarkan sosok seorang Montag lengkap dgn seragam dinasnya dan angka 451 di judul adalah simbol pemadam kebakaran.

Adalah hal yg biasa jika pemadam kebakaran datang memadamkan rumah terbakar tersebab arus pendek listrik atau sebab sumber api lainnya. Namun yang menjadi menarik, Montag dibawah komando Kapten Beatty bertugas bukan sebagai pemadam api, melainkan menyulut api ke rumah-rumah yg sudah masuk target mereka. Ya, target mereka adalah rumah-rumah yang menyimpan buku.
Buku dianggap sebagai ancaman tatanan kehidupan pada saat itu sehingga harus dibumihanguskan dgn pelontar api petugas pemadam kebakaran.

Jujur, saya baru bisa memahami alur cerita si Montag ini ketika telah sampai di halaman 100, sungguh diawal terasa membosankan. Tapi karena sadar diri, buku ini minjam dan belum dituntaskan dlm jangka waktu yg panjang, maka terus memaksa diri utk baca. Melewati halaman 100 mulai terurai kebosanan saya dan tiap halaman berikutnya memacu adrenalin 😆

Ternyata ditengah tugas menyulut api, Montag juga tak tega melihat buku-buku dibakar bahkan bersama siempunya. Ia berusaha menyelamatkan buku-buku dgn caranya agar tak diketahui oleh kapten.

Ditambah pertemuannya dgn Clarisse semakin membuatnya dilema dgn pilihan hidupnya dan merasa terpanggil untuk mengungkapkan keganjilan yg terjadi. Ia mulai membaca buku-buku hasil penyelamatannya dan menghantarkannya bertemu dgn Faber. Nah disinilah pembaca dibuat bergumam “tak kusangka, tak dinyaya, eh kok bisa?” atas apa yg terjadi dan menjadi pilihan Montag.

Apakah Montag berhasil mengungkapkan keganjilan atas dibakarnya buku-buku?

#resensiAgustus2020

0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share